Final Exam - Journal
Jurnal
Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi
Arinda Pramesti (29211380)
Novice Lebrie Sagilitany (25211246)
Rina Mardiani (26211221)
SMAK05-03
ABSTRAK
Kemiskinan merupakan masalah yang hingga saat ini masih sulit untuk
diselesaikan. Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk
menelusuri secara detail indikator-indikator kemiskinan tersebut.
Kemiskinan disebabkan oleh berbagai sebab dan faktor- faktor yang
mempengaruhi.
Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai
proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu
Terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan
tingkat kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan tingkat
kemiskinan. Hubungan ini menunjukkan pentingnya mempercepat pertumbuhan
ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan.
Kata Kunci : Kemiskinan, Pertumbuhan ekonomi
PENDAHULUAN
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan
alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan
dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang
lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Disisi lain kemiskinan juga merupakan problematika kemanusiaan
yang telah mendunia dan hingga kini masih menjadi isu sentral di belahan
bumi manapun. Selain bersifat laten dan aktual, kemiskinan adalah
penyakit sosial ekonomi yang tidak hanya dialami oleh Negara-negara
berkembang melainkan negara maju sepeti inggris dan Amerika Serikat.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
(1) Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan
sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan
dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan
pelayanan dasar. (2) Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk
keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan
informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan,
karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak
dibatasi pada bidang ekonomi.
Terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan
tingkat kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan tingkat
kemiskinan. Hubungan ini menunjukkan pentingnya mempercepat pertumbuhan
ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan.
Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang da jasa yang diproduksika dalam
masyarakat bertambah. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang
sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke
periode lainnya kemampuan satu negara untuk menghasilkan barang dan
jasa akan meninggkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena
faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah
dan kualitasnya.
Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat
pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti
oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya.
Pertambahan potensi memproduks kerap kali lebih besar dari pertambahan
produksi yang sebenarnya. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi akan lebih
lambat dari potensinya.
PEMBAHASAN
Kemiskinan
Definisi Kemiskinan
Dalam kamus ilmiah populer, kata “Miskin” mengandung arti tidak
berharta (harta yang ada tidak mencukupi kebutuhan). Adapun kata “fakir”
diartikan sebagai orang yang sangat miskin. Secara Etimologi makna yang
terkandung yaitu bahwa kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi. Hal
ini bermula sejak masa neo-klasik di mana kemiskinan hanya dilihat dari
interaksi negatif (ketidak seimbangan) antara pekerja dan upah yang
diperoleh.
Dalam arti proper , kemiskinan dipahami sebagai keadaan kurang uang
dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup, dalam arti luar. Chambers
mengatakan kemiskinan dalam arti luas adalah suatu intergrated yang
memiliki lima dimensi, yaitu: 1). Kemiskinan (proper), 2).
Ketidakberdayaan (powerless), 3). Kerentangan menghadapi situasi darurat
(state of emergency), 4). Ketergantungan (dependence), dan 5).
Ketersaingan (isolation) baik secara georgafis maupun sosiologis.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
perkembangan arti definitif dari pada kemiskinan adalah sebuah
keniscayaan. Berawal dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan hingga pengertian yang lebih luas
yang memasukkan komponen-komponen sosial dan moral. Misal, pendapat
yang diutarakan oleh Ali Khomsan bahwa kemiskinan timbul oleh karena
minimnya penyediaan lapangan kerja di berbagai sektor, baik sektor
industri maupun pembangunan. Senada dengan pendapat di atas adalah
bahwasanya kemiskinan ditimbulkan oleh ketidakadilan faktor produksi,
atau kemiskinan adalah ketidakberdayaan masyarakat terhadap sistem yang
diterapkan oleh pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang
sangat lemah dantereksploitasi. Arti definitif ini lebih dikenal dengan
kemiskinan struktural.
Deskripsi lain, arti definitif kemiskinan yang mulai bergeser misal
pada awal tahun 1990-an definisi kemiskinan tidak hanya berdasarkan
tingkat pendapatan, tapi juga mencakup ketidakmampuan di bidang
kesehatan, pendidikan dan perumahan. Di penghujung abad 20-an telah
muncul arti definitif terbaru, yaitu bahwa kemiskinan juga mencakup
kerentanan, ketidakberdayaan dan ketidakmampuan untuk menyampaikan
aspirasi.
Indikator-indikator Kemiskinan
Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara detail indikator-indikator kemiskinan tersebut.
Adapun indikator-indikator kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagi berikut:
- Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).
- Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
- Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).
- Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
- Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
- Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
- Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
- Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
- Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).
Pada dasar-dasar ini sangat mendongkrak kemiskinan jika nantinya
peran pemerintah dan juga berbagai elemen lain akan sangat mendukung
pembangunan perekonomian di Indonesia, logikanya adalah jika kemiskinan
itu dapat di atasi yang menjadi kebanggaannya juga pemerintah itu
sendiri dan juga kemakmuran bagi warganya.
Di bawah ini beberapa penyebab kemiskinan menurut pendapat Karimah Kuraiyyim. Yang antara lain adalah:
1. Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.
Yang penting digarisbawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan
per-kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu
sistem. Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan
per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya
produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun beriringan.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan
pendapatan per-kapita:
a) Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
b) Politik ekonomi yang tidak sehat.
c) Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:
- · Rusaknya syarat-syarat perdagangan
- · Beban hutang
- · Kurangnya bantuan luar negeri
- · Perang
2. Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.
Terlihat jelas faktor ini sangat urgen dalam pengaruhnya terhadap
kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan
produktivitas masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus,
serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan
dengan maksimal
3. Biaya kehidupan yang tinggi.
Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai
akibat dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji
masyarakat.Tentunya kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di
atas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli,
lemahnya peranan wanita di depan publik dan banyaknya pengangguran.
4. Pembagian subsidi income pemerintah yang kurang merata.
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan
jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung
mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin
masih terbebani oleh pajak negara.
Faktor-Faktor Kemiskinan Di Indonesia
Faktor-faktor lain disini kita perlu memahmi bahwa konsep
pembangunanperekonomian di indonesia juga dilatarbelakangi oleh berbagai
aspek, sehingga keseriusan pembangunan menjadi hal yang pokok ranah
masyaraka itu sendiri, permasalahan-permasalahan tersebut, ialah: SDM,
SDA, Kontitusi, Dana/Budget, Sistem.
1. SDM
Kelemahan Kualaitas SDM dalam proses pendidikan membuat faktor
utamanya kemiskinan bagi rakyat Indonesia, sebenarnya tujuan pendidikan
adalah untuk menjadi manusia yang bertaktakwa dan beriman kepada Tuhan
Yang Maha Esa, beraklak mulia, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
Dalam proses pengembangan perekonomian sektor SDM dalam prospeks
pendidikan memainkan peranan yang sangat strategis, sehingga peluang
untuk meningkatakan khulaitas hidup di masa depan akan lebih baik.
Dengan adanya SDM yang handal lain dari itu akan mengalir sendiri dengan
kemampuan yang ada.
2. SDA
Sumber Daya Alam juga bisa di kaitkan dengan angka kemiskinan di
indonesia, dimana keterbatasannya sumber daya alam akan memperkecilkan
peluang kerja bagi warga indonesia khususnya di kota-kota besar.
3. Kontitusi
Berbicara kontitusi sangat tidak bisa terlepas dari cengkraman
pemimpin dan juga birokrasi, Pemerintahan dalam hal utama adalah yang
bertanggungjawab dengan kemiskinan, tinggi rendahnya angka kemiskinan
merupakan proses pengelolaan dari kontitusi itu sendiri yang belum bisa
dimaksimalkan.
4. Sistem
Sistem merupakan suatu rangkaian yang saling keterkaitan antara
satu dengan yang lain, dalam hal kemiskinan sistem yang semberaut juga
dapat meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia, dimana berbagai macam
persoalan terjadi semua dari proses sistem dan jika sistem itu salah
juga dapat menjadi bumerang bagi masalah lain.
Realita yang dapat kita lihat selama ini adalah persoalan
penanggulangan kemiskinan yang belum bisa diselesaikan, persoalan
tersebut disebabkan oleh perbaikan sistem yang belum beres-beres,
sehingga kemiskinan yang harus utama diselesaikan, menjadi masalah yang
berlarut-larut.
Pertumbuhan Ekonomi
Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pengertian pertumbuhan ekonomi harus dibedakan dengan pembangunan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi hanyalah merupakan salah satu aspek saja
dari pembangunan ekonomi yang lebih menekankan pada peningkatan output
agregat khususnya output agregat per kapita.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses perubahan
kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju
keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi
dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa
riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu
lebih besar daripada tahun sebelumnya.
Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Menurut M. Suparko dan Maria R. Suparko ada beberapa macam alat yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu :
1. Produk Domestik Bruto
PDB adalah jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam harga
pasar. Kelemahan PDB sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi adalah sifatnya
yang global dan tidak mencerminkan kesejahteraan penduduk.
2. PDB per Kapita atau Pendapatan Perkapita
PDB per kapita merupakan ukuran yang elbih tepat karean telah
memperhitungkan jumlah penduduk. Jadi ukuran pendapatn perkapita dapat
diketahui dengan membagi PDB dengan jumlah penduduk.
3. Pendapatan Per jam Kerja
Suatu negara dapat dikatakan lebih maju dibandingkan negara lain
bila mempunyai tingkat pendapatan atau upah per jam kerja yang lebih
tinggi daripada upah per jam kerja di negara lain untuk jenis pekerjaan
yang sama.
Model-model Pertumbuhan Ekonomi
Harrord Domar
Keadaan “ Steady – State Growth
Model pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar adalah model pertumbuhan
yang mengacu pada pertumbuhan ekonomi negara-negara maju, model itu
merupakan perkembangan langsung teori ekonomi makro Keynes yang
merupakan teori jangka pendek yang menjadi teori jangka panjang.
Pada model Harrod-Domar investasi diberikan peranan yang sangat
penting. Dalam jangka panjang investasi mempunyai pengaruh kembar. Di
satu sisi investasi mempengaruhi permintaan agregat di sisi lain
investasi mempengaruhi kapasitas produksi nasional dengan menambah stok
modal yang tersedia.
Harrod menyimpulkan agar suatu ekonomi nasional selalu tumbuh
dengan kapasitas produksi penuh (kesempatan kerja penuh) yang disebutnya
sebagai “ Pertumbuhan ekonomi yang mantap(steady-state growth) “efek
permintaan yang ditimbulkan dari penambahan investasi harus selalu
diimbangi oleh efek penawarannya tanpa terkecuali. Tetapi investasi
dilakukan oleh pengusaha yang mempunyai pengharapan yang tidak selalu
sama dari waktu ke waktu, karena itu keseimbangan ekonomi jangka panjang
yang mantap hanya dapat dicapai secara mantap pula apabila pengharapan
para pengusaha stabil dan kemungkinan terjadinya hal itu sangat kecil,
seperti yang dikemukakan oleh Joan Robinson (golden age).
Di samping itu Harrod mengemukakan bahwa sekali keseimbangan itu
terganggu, maka gangguan itu akan mendorong ekonomi nasional menuju ke
arah depresi atau inflasi sekular. Karena itu Harrod melambangkan
keseimbangan ekonomi tersebut sebagai keseimbangan mata pisau, mudah
sekali tergelincir dan sekali tergelincir semuanya akan menjadi hancur
(jadi keseimbangan yang tidak stabil).
Model pertumbuhan ekonomi Domar hampir mirip dengan model Harrod
walaupun ada beberapa perbedaan yang esensial pula antara kedua model
itu. Perbedaan itu khususnya menyangkut mengenai tiadanya fungsi
investasi pada model Domar, sehingga investasi yang sebenarnya tidak
ditentukan di dalam modelnya. Karena itu kesulitan pencapaian
keseimbangan ekonomi jangka panjang yang mantap bagi Harrod, disebabkan
oleh sulitnya kesamaan v dan vr atau laju pertumbuhan yang disyaratkan
dengan laju pertumbuhan natural, sedang bagi Domar kesulitan itu timbul
karena adanya kecenderungan masyarakat untuk melakukan investasi yang
relatif terlalu rendah (underinvestment).
Model Neo-Klasik sebagaimana dikemukakan oleh Solow (juga Swan)
mencoba memperbaiki kelemahan model Harrod-Domar dengan mengolah asumsi
yang mengenai fungsi produksi yang digunakan, dari fungsi produksi
dengan proporsi tetap, menjadi fungsi produksi dengan proporsi yang
variabel.
Berbeda dengan visi Harrod-Domar yang suram dan menakutkan visi
teori Neo-Klasik adalah visi yang menggembirakan dan serasi dengan
proses ekonomi yang otomatik dan mekanistik. Kelemahan pokok teori
Neo-Klasik adalah dihilangkannya peranan pengharapan para pengusaha yang
dalam teori Keynes menduduki peranan sentral.
Indikator Yang Digunakan Untuk Menghitung Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
- · Tingkat Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto)
- · Tingkat Pertumbuhan PNB (Produk Nasional Bruto)
Dalam praktek angka, PNB kurang lazim dipakai, yang lebih populer
dipakai adalah PDB, karena angka PDB hanya melihat batas
wilayah,terbatas pada negara yang bersangkutan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
1. Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga
dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting
dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung
kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan
memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
2. Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam
dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya
alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila
tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola
sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud
dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil
hutan dan kekayaan laut.
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja
yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin
canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas
serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada
akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
4. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan
ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit
atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat
pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap
kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya
yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis,
egois, boros, KKN, dan sebagainya.
5. Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan
meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang
modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan
ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan
produktivitas.
Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat
keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat bagi pengurangan tingkat
kemiskinan. Syaratnya adalah hasil dari pertumbuhan ekonomi tersebut
menyebar disetiap golongan masyarakat, termasuk di golongan penduduk
miskin. (Hermanto Siregardan Dwi Wahyuniarti, 2007).
Penelitian yang dilakukan Wongdesmiwati (2009),
menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan
ekonomi dan tingkat kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan
menurunkan tingkat kemiskinan. Hubungan ini menunjukkan pentingnya
mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan.
Begitu juga dengan penelitianyang dilakukan Hermanto Siregar dan Dwi
Wahyuniarti (2007).
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output dan kemiskinan menghasilkan suatu dasar kerangka pemikiran, yakni efek trickle-down
dari pertumbuhan ekonomi dalam bentuk peningkatan kesempatan kerja atau
pengurangan pengangguran dan peningkatan upah/pendapatan dari kelompok
miskin. Dengan asumsi bahwa ada mekanisme yang diperlukan untuk
memfasilitasi trickle-down dari keuntungan dari pertumbuhan
ekonomi kepada kelompok miskin, pertumbuhan ekonomi bisa menjadi suatu
alat yang efektif bagi pengurangan kemiskinan.
Dari berbagai studi empiris yang telah dilakukan,
nampaknya terdapat hasil yang beragam mengenai dampak pertumbuhan
terhadap penurunan kemiskinan. Secara garis besar, hasil tersebut dapat
diklasifikasi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:
Pertama, di masa lalu, beberapa ekonom menganggap bahwa
pertumbuhan tidak cukup menurunkan kemiskinan di negara-negara
berkembang. Sebagai contoh, Chenery and Ahluwalia. (1974) mengatakan:
“It is now clear that more than a decade of rapid growth in
underdeveloped countries has been of little or no benefit to perhaps a
third of their population”.
Demikian pula, Adelman dan Morris (1973) mengatakan bahwa:
“Development is accompanied by an absolute as well as a relative
decline in the average income of the very poor… The frightening
implication (of this) is that hundreds of millions of desperately poor
people… have been hurt rather than helped by economic development”.
Kedua, Ravallion (1997), Son dan Kakwani (2003), dan
Bourguignon (2004) melakukan review hubungan antara pertumbuhan dengan
kemiskinan dan ketimpangan, dan mencatat bahwa dampak pertumbuhan
terhadap penurunan kemiskinan hanya terjadi ketika ketimpangan relatif
tinggi (high inequality). Dengan kata lain, negara-negara yang
mempunyai tingkat ketimpangan yang sedang, apalagi rendah, dampak
pertumbuhan terhadap penurunan kemiskinan relatif tidak signifikan.
Hasil ini dapat pula diintrepretasi bahwa untuk tingkat pertumbuhan
berapapun, semakin turun ketimpangan, semakin besar terjadinya penurunan
dalam kemiskinan.
Kesimpulan
Chambers mengatakan kemiskinan dalam arti luas adalah suatu
intergrated yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1). Kemiskinan (proper),
2). Ketidakberdayaan (powerless), 3). Kerentangan menghadapi situasi
darurat (state of emergency), 4). Ketergantungan (dependence), dan 5).
Ketersaingan (isolation) baik secara georgafis maupun sosiologis.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses
perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan
menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan
ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi
suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional.
Terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan
tingkat kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan tingkat
kemiskinan. Hubungan ini menunjukkan pentingnya mempercepat pertumbuhan
ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno, Sadono. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta:Rajawali Pers, 2011